Yogyakarta – Rencana Kementerian Luar Negeri RI membentuk Direktorat Jenderal (Dirjen) Kerja Sama Dunia Muslim mendapat sambutan hangat dari Ustadz Fahmi Salim. Pendiri Al-Fahmu Institute ini menyebut langkah tersebut sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk tampil lebih percaya diri di kancah dunia Islam.
Fahmi hadir sebagai salah satu narasumber dalam diskusi terbatas bertajuk “Mengintegrasikan Indonesia dan Dunia Islam: Arah, Kerangka, dan Peta Jalan” yang digelar Kemlu RI di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Kamis (28/8/2025). Diskusi ini juga dihadiri peneliti dari UII Yogyakarta dan jajaran Badan Strategi dan Kebijakan Luar Negeri Kemlu.
Pusat Dunia Islam Bukan Lagi Arab
Dalam presentasinya, Fahmi menyoroti dinamika sejarah dunia Islam. Ia menegaskan bahwa pusat dunia Islam tidak lagi selamanya berada di kawasan Arab.
“Sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah, kepemimpinan dunia Islam sempat berpindah ke Turki, Persia, hingga India. Arab baru kembali menjadi pusat setelah adanya rekayasa kolonial Barat. Kini saatnya Indonesia dan dunia Melayu-Nusantara tampil sebagai episentrum baru dunia Islam di abad ini,” ujarnya.
Indonesia di Pintu Perdagangan Dunia
Fahmi juga mengingatkan letak geografis Indonesia yang sangat strategis. Dari delapan jalur laut internasional penting, tujuh berada di kawasan dunia Islam, termasuk Selat Malaka yang bersinggungan langsung dengan Indonesia.
“Sayangnya, posisi ini belum benar-benar dimanfaatkan Indonesia untuk memperkuat peran globalnya, baik dalam dunia Islam maupun perdagangan maritim internasional,” kata Fahmi.
Tidak Cukup Jumlah, Perlu Prestasi
Namun, Fahmi mengingatkan bahwa menjadi pusat dunia Islam tidak cukup hanya mengandalkan jumlah penduduk Muslim terbesar atau posisi geografis yang strategis.
“Harus ada prestasi nyata. Ekonomi, perdagangan, teknologi, hingga kekuatan militer. Kalau tidak, status episentrum hanya akan jadi slogan,” tegasnya.
Antusiasme pada Langkah Kemlu
Di forum tersebut, Fahmi memaparkan materi setebal 63 halaman yang disiapkan tim Al-Fahmu Institute. Ia mengakhiri paparannya dengan menegaskan dukungan penuh atas inisiatif Kemlu RI membentuk Dirjen Kerja Sama Dunia Muslim.
“Ini langkah maju yang patut diapresiasi. Indonesia tidak boleh hanya jadi penonton, tapi harus jadi pemain utama dalam percaturan dunia Islam,” pungkasnya.